Waikabubak merupakan Ibukota Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Memang namanya belumlah cukup populer ditelinga para masyarakat Indonesia umumnya. Namun kehadiran Waikabubak termasuk menjadi saksi hidup dari peradaban dan perkembangan zaman yang kian pesat pada arif balig cukup akal ini.
Sebagai kota yang terletak di Timur Indonesia, membuatnya seakan luput dari perhatian. Dari gemerlapnya kehidupan, kesejahteraan dan pembangunan kota-kota besar, Waikabubak hampir belum mampu dikatakan sejahtera. Dari total penduduk sekitar 22.235 jiwa yang tercatat oleh Badan Pemeriksa Statistik di tahun 2001, hampir biasa dikatakan kebanyakan masyarakat Waikabubak masih belum mampu mencicipi arti sesungguhnya dari kata Modernisasi. Pasalnya dari sebagian warganya yang memilih menetap di sentra kota Waikabubak, ternyata masih terdapat sebuah Kampung Adat Sumba Barat yang masih memegang teguh terhadap keyakinan akan leluhur.
Kampung adat yang masih tetap bertahan dari derasnya gempuran kala globalisasi contohnya yakni Kampung Tarung dan Waitabar. Berlokasi di tengah sentra kota Waikabubak dan terletak persis diatas sebuah bukit, membuatnya seakan begitu esklusif. Dimana para masyarakat sekitar percaya, sebenarnya disanalah daerah tinggal pertama leluhur Sumba, berjulukan Sudi Wonanyoba. Apakah kau tau ihwal arti "Tarung"? ya, arti kata yang dimaksud bukanlah sebuah perkelahian ataupun pertengkaran. Arti sesungguhnya yakni "Tarung" merupakan sebuah panggilan untuk pasangan dari leluhur. Dimana leluhur tersebut akan melindungi dari Tarung tersebut dan melindungi siapapun yang lemah. Cukup unik bukan? supaya semakin jelas, ada baiknya kau simak terlebih dahulu kkoten artikel berikut ini.
Dalam kesempatan kali ini aku akan mengulas perihal catatan hidup Waikabubak Kampung Tarung Sumba Barat di tengah kala modern. Semoga setiap gosip yang terkandung dapat diterima dan dijadikan sebagai sumber rujukan bagi kau ataupun para pembaca budiman dimanapun anda berada.
Pulau Kenawa, Pulau Moyo dan Pantai Nihiwatu, ternyata kau pun dapat mencicipi pengalaman wisata budaya. Dengan mengunjungi wisata Kampung Tarung Waikabubak kau dapat mencicipi pengalaman berlibur yang cukup berbeda, ditambah dapat mengenal edukasi ihwal Suku Adat asli Sumba yang masih dapat dijumpai hingga ketika ini. Dimana para warganya masih memegang teguh pedoman dari para leluhurnya. Disamping kau dapat berinteraksi pribadi dengan mereka, kau pun dapat melihat sebuah arsitektur kuno yang terdapat pada setiap bangunan rumah tinggal para penduduk tersebut. Cukup unik bukan? Untuk mencapai perkampungan ini, kau diharuskan naik keatas bukit terlebih dahulu menggunakan jalur sepanjang 150 meter, tak perlu khawatir akan lelah dimana jalurnya sudah diperlebar sekitar 3 meter yang dapat memungkinkan untuk mobil dapat melintas. Setibanya di atas bukit, kau akan tersontak kagum akan segala keindahan yang tersaji di wisata Waikabubak ini. Dimana khusus Kampung Tarung terdapat sekitar 102 rumah panggung tradisional yang dibangun secara melingkar memutari 17 makam kerikil kuno, layaknya pada zaman Megalithikum. Para warga Kampung Tarung tercatat berjumlah sekitar 1.530 jiwa yang terbagi dalam sekitar 400 kepala keluarga. Dimana dari kepala keluarga tersebut sehari-harinya tinggal dalam rumah panggung berbentuk persegi dengan ukuran sekitar 15x15 meter persegi, biasanya dari satu rumah panggung dihuni sekitar 3-4 keluarga. Sebelum lanjut kau dapat pula membaca ihwal Gili Nanggu.
|